energi alternatif dari kulit pisang dan cara memanfaatkannya
Siapa yang menyangka buah manis seperti pisang yang biasa kita
temui dan konsumsi sehari-hari dapat di gunakan sebagai energi
alternatif, baru-baru ini sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui
kandungannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tegangan yang dihasilkan
oleh baterai kering dengan elektrolit kulit pisang adalah 1,24 volt. Dan
ketahanan dalam jam dinding rata-rata selama 5 hari 6 jam (135 jam).
Kontruksi baterai kering kulit pisang sama dengan baterai biasa.
Perbedaannya adalah pada elektrolitnya. Kulit pisang mengandung beberapa
mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit. Mineral dalam jumlah
terbanyak adalah potassium atau kalium (K+). Kulit pisang juga
mengandung garam sodium yang mengandung klorida (Cl-) dalam jumlah
sedikit. Reaksi antara potassium atau kalium dan garam sodium dapat
membentuk kalium klorida atau KCl. Menurut Drs. Asep Jamal (2008) KCl
merupakan elektrolit kuat yang mampu terionisasi dan menghantarkan arus
listrik.
Pisang juga mengandung Magnesium dan Seng. Magnesium (Mg) dapat bereaksi
dengan diklorida dan menjadi elektrolit kuat. Jumlah Magnesium hanyalah
15 % dari jumlah pisang keseluruhan. Pisang juga mengandung Seng (Zn)
yang merupakan elektroda positif. jumlah kandungan Seng dalam pisang
hanya mencapai 2 %. Sehingga mineral yang paling berperan dalam
menghantarkan listrik adalah potassium atau kalium, yang bereaksi dengan
garam sodium. Dimungkinkan garam magnesium dan seng juga turut berperan
dalam menghantarkan dan menyimpan arus listrik searah.
Hasil penelitian juga menunjukkan, baterai kontrol mampu bertahan lebih
dari 7 hari sedangkan baterai kulit pisang hanya kurang dari 6 hari. Hal
ini disebabkan baterai kontrol memiliki senyawa yang berfungsi sebagai
depolarisasi. Senyawa yang digunakan adalah mangandioksida. Walaupun
pisang juga mengandung mangan, namun jumlahnya hanya 0,6 mg per 100 g.
Disamping itu setiap reaksi dalam baterai mengalami suatu proses
polarisasi akibat adanya gas hidrogen yang terlepas. Pisang dan terutama
kulit pisang mengandung lebih dari 60 % kadar air (H20), yang dapat
terlepas apabila terjadi suatu reaksi kimia. Sehingga kemungkinan
terjadinya polarisasi sangat besar. Hal tersebut yang mengakibatkan
perbedaan ketahanan antar baterai kulit pisang dan baterai kontrol cukup
besar. Sedangkan diantara ketiga jenis pisang, maka pisang susu yang
memiliki ketahanan tertinggi. Namun karena selisih ketahanan diantara
pisang susu dan jenis pisang lain kurang dari 24 jam, maka bisa
dikatakan bahwa ketahanan di antara ketiga jenis pisang tidak memberikan
perbedaan yang signifikan.
Data pelengkap lain, berupa data berat bersih baterai menunjukkan bahwa
rata-rata kulit pisang yang digunakan sebesar 3,3 gram per baterai.
Sementara kulit pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga
satu buah kulit pisang mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini
merupakan keunggulan lain dari baterai kering dari kulit pisang.
Kesimpulan dari penelitian diatas adalah Baterai kering yang menggunakan
bahan baku kulit pisang memiliki rata-rata voltase 1,2 V dan ketahanan
rata-rata 5 hari 7 jam dan Diantara ketiga jenis pisang tidak memberikan
perbedaan performa (voltase dan ketahanan) yang signifikan.
cara membuat energi alternatif dari kulit pisang
bahan:
-kulit pisang ambon
-baterai yang sudah tida dipakai
cara:
-buka merk yang menempel pada baterai
-buka tutup baterai yang ada di atas untuk mambukanya buka dulu plastiknya
-keluarkan serbuk hitam yang ada di dalam baterai
-potong kulit pisang kecil-kecil
-masukan kedalam baterai
-tutup kembali baterai
Energi Alternatif Dari Kulit Pisang dan Cara Memanfaatkannya ( Yustika Dwi A )
21.19 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar