Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar
Proses pengolahan minyak jarak untuk menghasilkan biodiesel relatif
mudah. Untuk menghasilkan minyak dalam skala kecil (0,5-0,6 ton
perawatan hari) cukup dengan mengepres biji jarak yang sudah kering
menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga menghasilkan minyak
jarak kasardan bungkil.
Tahap selanjutnya adalah menyaring menggunakan mesin penyaring sehingga
dihasilkan minyak jarak bersih. Kemudian dilakukan proses pemurnian
terhadap minyak jarak yang sudah bersih sampai menghasilkan minyak jarak
murni yang siap dijual.
Biodiesel
yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak yang diperoleh
dari biji jarak. Menurut Tatang H. Soerawidjaya (2005:1) biodiesel yang
dihasilkan dari tanaman Jarak Pagar merupakan minyak lemak semimulus (semi refined fatty oil),
yang telah dibersihkan dari fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal ini
fosfor merupakan zat yang merugikan karena mesin diesel dapat mengubah
fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat yang mengendap menjadi kerak
di dalam kamar pembakaran atau terbawa keluar sebagai pencemar udara
oleh emisi gas buang.
Keunggulan Biodiesel dari Tanaman Jarak Dibandingkan dengan Solar
Menurut
Dody Hidayat (2005:1), dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel
memiliki angka cetane yang lebih tinggi dan daya lumas yang lebih baik.
Minyak jarak pagar memiliki angka setana 51 sedangkan solar 45. Angka
setana (cetane rating) adalah tolak ukur kemudahan menyala/terbakar dari
suatu bahan bakar di dalam mesin diesel. Semakin tinggi angka setane
semakin aman emisi gas buangnya, karena bahan bakar dapat terbakar
dengan sempurna, sehingga kadar emisi gas sulfur (SOx), nitrogen (NOx)
dan karbon yang termasuk dalam gas-gas rumah kaca lebih rendah.
Selain
itu dalam membangkitkan tenaga listrik, biodiesel tidak memerlukan
genset baru karena minyak jarak dapat langsung digunakan pada genset
yang sudah ada.
Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak terhadap
Lingkungan
Penggunaan
bahan bakar fosil telah meninbulkan berbagai dampak buruk bagi
lingkungan. Seperti meningkatnya kadar gas rumah kaca di atmosfer bumi.
Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka pemanasn global adalah
konsekuensi yang harus dihadapi oleh seluruh penduduk bumi.
Sebagai
salah satu sumber energi alternatif, Biodiesel dari tanaman jarak dapat
dikategorikan sebagai sumber energi ramah lingkungan. Karena menurut
Humas (2005:2), pembakaran mesin yang berbahan bakar biodiesel
menghasilkan emisi gas buang, asap dan partikel, yang lebih rendah.
Angka setane yang lebih tinggi dibandingkan solar membuat kadar emisi
gas karbon, nitrogen, dan sulfur lebih rendah.
Selain
itu, penggunaan biodiesel dari tanaman Jarak Pagar membuka kemungkinan
penanaman kembali lahan-lahan kritis yang ada di Indonesia. Menurut
Humas (2005:2), saat ini terdapat 13 juta hektar lahan kering di
seluruh Indonesia. Mengingat tanaman Jrak Pagar merupakan tanaman yang
dapat tumbuh di lahan keirng dan kurang subur,maka dengan menggunakan
biodiesel di Indonesia, lahan-lahan kering tersebut akan dapat ditanami
kembali.
Penanaman
kembali lahan-lahan kritis di Indonesia akan memberikan dampak yang
positif bagi lingkungan, karena akan membentuk suatu sumber penghasil
gas oksigen yang sangat penting bagi kehidupan, mengurangi pencemaran
oleh gas-gas rumah kaca, dan membentuk suatu benteng penahan banjir dan
longsor
Manfaat Penggunaan Biodiesel dari Tanaman Jarak bagi masyarakat Indonesia di Bidang Ekonomi
Dengan
dihijaukannya kembali lahan-lahan kritis, berarti akan membuka lapangan
pekerjaan baru yang layak bagi masyarkat. Mereka dapat bekerja sebagai
petani yang menanam dan merawat tanaman-tanaman jarak yang akan
digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Buah jarak yang dihasilkan
dijual kepada perusahaan yang mengolahnya menjadi biodiesel dengan harga
tertentu. Dalam hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal
penyediaan bibit dan penentuan harga minimum dari buah Jarak Pagar, agar
petani tidak dirugikan.
Jika
petani diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan
tanaman 2500 pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per
hektar serta harga biji lima ratus rupiah per kilogram, setiap keluarga
petani akan memperoleh panghasilan satu juta dua ratus lima puluh ribu
per bulan hanya berasal dari penjualan biji jarak (Anonim, 2005:2). Pendapatan ini dapat bertambah jika bagian lain dari tanaman juga dimanfaatkan
Menurut
Humas (2005:2), dari tiga juta hektar lahan kering akan dihasilkan
92.000 barel minyak per hari. Untuk memnuhi lahan tersebut diperlukan
7,5 miliar bibit. Bila dari seluruh tanah tandus seluas 13 juta hektar
ditanami jarak, maka akan dihasilkan lebih dari 400.000 barel minyak per
hari. Dengan demikian kita akan mengehmat penggunaan devisa negara yang
biasa digunakan untuk mengimpor solar.
Dalam
Kompas (2005: 14), biaya produksi biodiesel tergolong murah, rata-rata
biaya produksinya antara 600 hingga 100 per liter. Harga jual netto
minyak jarak tersebut diperkirakan Rp. 1.400-Rp. 2.100 per liter, harga
ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga minyak saat ini.
Sehingga , pengolahan jarak menjadi biodiesel yang relatif mudah dapat
dilakukan dalam usaha skala kecil yang tidak membutuhkan modal yang
besar. Sehingga hal ini pun akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
Potensi
lain adalah ekspor biodiesel ke berbagai negara maju yang saat ini
sedang gencar-gencarnya menekan emisi gas rumah kaca. Negara-negara
maju seperti Jerman, Amerika Serikat, dan Brasil saat ini juga sedang
mengembangkan penggunaan biodiesel. Jika Indonesia mampu mengembangkan
biodiesel dari minyak jarak dengan kualitas yang bagus, pasar
internasional terbuka untuk Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar