Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Sumber Energi Alternatif ( Melati Triyana )

               Sumber energi hayati sebetulnya telah dimanfaatkan oleh manusia selama ribuan tahun silam. Pemanfaatan energi hijau ini tidak pernah disadari bahwa tumbuhan merupakan salah satu sumber energi yang sangat besar yang bila dikelola dengan baik maka energi yang dihasilkan pun akan mampu mencukupi kebutuhan manusia. Salah satu pemanfaatan sumber energi yang paling klasik adalah pemanfaatan biomassa tumbuhan. Biomassa adalah material atau turunan biologis lainnya yang secara fisik bisa kita lihat sebagai tumbuhan itu sendiri. Pemanfaatan biomassa klasik umumnya dilakukan dengan cara dibakar sehingga terciptalah sebuah energi yang kita kenal dengan nama energi panas.

Umur energi hijau ini mungkin lebih tua dari peradaban manusia. Dengan demikan, pemanfaatan energi hijau sebagai sumber energi alternatif sebetulnya bukanlah hal baru. Ketika belum ditemukan bahwa di dalam perut bumi terpendam sumber energi dalam bentuk batu bara, minyak bumi, dan gas, manusia telah mengunakan bahan bakar hayati ini sebagai energi utama dalam kehidupannya. Beberapa tahun silam, ketika belum ditemukan listrik, masyarakat Indonesia telah menggunakan biji jarak pagar sebagai sumbu pada obor untuk penerangan malam hari. Beberapa puluh tahun silam, masyarakat telah mamanfaatkan arang sebagai pemanas untuk menyeterika pakaian. Bahkan untuk menghasilkan energi uap pun manusia telah memanfaatkan biomassa tumbuhan sebagai sumber energi utama. Dengan demikian, pemanfaatan energi hijau sebagai sumber energi alternatif di peradaban modern bukanlah hal yang mustahil atau sekedar omong kosong.

Masih dalam sejarah pemanfaatan energi hijau, tahun 1942-1945, pada masa penjajahan Jepang, dunia menjadi saksi bahwa sebagian besar sumber-sumber minyak bumi di Indonesia dan Cina dibakar oleh pasukan sekutu sebagai sebuah taktik untuk mengurangi pasokan energi bagi balatentara Dai Nippon. Namun, pada waktu itu Jepang tidak kehilangan akal untuk mencukupi kebutuhan energinya. Di Indonesia sendiri pernah ada kewajiban yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang agar rakyat Indonesia menanam Ricinus communis atau yang lebih dikenal dengan nama jarak kepyar. Jarak kepyar tersebut diambil minyaknya untuk dijadikan bahan bakar bagi kendaraaan perang dan pesawat terbang Dai Noppon. Kesulitan pasokan energi pasukan Dai Nippon waktu itu bisa diatasi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif dari tumbuhan hijau. Belajar dari kejadian puluhan tahun silam ini, maka bukan hal yang mustahil bahwa pada era peradaban modern ini kita harus mampu untuk menciptakan sumber energi alternatif tersebut.

Aktivitas manusia dalam mencari sumber energi alternatif sudah dilakukan sejak lama. Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan energi dalam kehidupannya terutama untuk digunakan sebagai bahan bakar. Inovasi yang dikembangkan oleh Rudolf Diesel, sebagai penemu mesin diesel, menggunakan minyak kacang (Arachis hipogaea) dan minyak ganja (Cannabis sativa) sebagai bahan bakar utama mesil diesel pertama yang ia ciptakan. Seorang penemu dan penggagas mobil Ford, yaitu Herry Ford, pada tahun 1880 telah menggunakan alkohol sebagai bahan bakar mobil hasil invasinya, yang diberi merk Quadricycle. Hingga kini para peneliti terus berusaha mencari bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari fosil. Penelitian terus berlangsung dan dilakukan di semua wilayah, baik pegunungan hingga ke lautan. Namun, beberapa kegiatan penelitian ini justru melakukannya di lingkungan sekitarnya. Sawah, ladang, dan hutan, sumber dari biomass bahan-bahan organik, yang kini dikenal sebagai energi hijau. Berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi hijau kini telah menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhuan energi dalam kehidupan manusia, baik sebagai energi panas, sumber bahan bakar, hingga pembangkit listrik. Energi hijau inilah yang kini dikenal dengan istilah bioenergi.

Ya, semua pihak barangkali akan sepakat jika mengatakan energi hijau ini sebagai energi masa depan. Selain energi tersebut bisa diperbaharui, energi yang berasal dari tumbuhan ini juga bersifat ramah lingkungan. Oleh karena bahan baku utama energi ini dari tumbuhan hijau yang berasal dari hasil bumi, baik tanaman pertanian, perikanan, perkebuanan, limbah peternakan, bahkan sampah organik rumah tangga, maka energi hijau disebut juga sebagai BBM nabati. BBM ini tidak akan habis dengan penggunaan yang berlangsung terus-menerus karena bahan baku yang berupa tumbuhan hijau bisa diperbaharui atau diadakan kembali dengan cara dibudidayakan. Oleh karena itulah, sepanjang energi matahari masil bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di bumi dan manusia tetap membudidayakannya, maka sumber dari energi alternatif ini tidak akan pernah habis.

Berbagai macam bentuk dari sumber energi alternatif ini dapat diambilkan dari limbah peternakan, sisa-sisa atau limbah panen padi, sekam padi, sampah rumah tangga, serabut kelapa, kotoran ternah, bahkan kini sudah dibudidayakan tanaman khusus untuk menghasilkan energi alternatif, seperti willow coppie dan miscanthus (semacam rerumputan seperti bambu). Tanaman tersebut menjadi sumber energi alternatif yang cukup mudah diperoleh karena dapat tubuh dengan cepat sehingga masa budidayanya bisa dipercepat. Selain itu, penanaman ini bisa menjadi habitat baru untuk perlindungan binatang atau suaka marga satwa.

Bukankah negara kita, Indonesia, yang notabenenya sebagai negara agraris, memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan sumber energi alternatif tersebut? Menurut data Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (2001), potensinya mencapai pemanfaatan energi alternarif dapat mencapai 311.232 MW. Namun, pemanfaatan sumber energi alternatif tersebut masih sangat rendah, yaitu kurang dari 20%. Rendahnya pemanfaatan sumber energi alternatif di Indonesia disebabkan karena kesadaran untuk beralih menggunakan energi yang bisa diperbarui ini masih kurang. Masyarakat masih terlena dengan harga BBM subsidi yang lebih murah. Mungkin, untuk jangka waktu beberapa tahun ke depan jika teknologi penghasil energi alternatif ini semakin efisien, maka pemanfaatan energi alternatif akan mengalami peningkatan. Sumber lain energi terbarukan yang tersedia di Indonesia sebenarnya cukup banyak, diantaranya adalah, tenaga air (hydro), tenaga panas bumi, energi cahaya, energi angin dan biomassa. Dari semua itu, potensi energi terbarukan dari biomassa masih sangat diabaikan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar