Pemanfaatan Sampah Organik menjadi Sumber Energi
Sampah organik adalah sampah yang bisa
mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai menjadi bahan yang lebih
kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan kompos). Kompos merupakan
hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami,
alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses
pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus
seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif
seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih
mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan
sisanya anorganik.
Prinsip Pengolahan Sampah
prinsip-prinsip yang bisa diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip ini dikenal dengan nama 4R, yaitu:
- Mengurangi (bahasa Inggris: reduce).Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
- Menggunakan kembali (bahasa Inggris: reuse).Sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (bahasa Inggris: disposable).
- Mendaur ulang (bahasa Inggris: recycle). Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
- Mengganti (bahasa Inggris: replace).Teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama.
Pembuatan biogas dari kotoran hewan, khususnya kotoran sapi berpotensi sebagai sumber alternatif yang ramah lingkungan karena selain limbah yang dimanfaatkan, sisa pembuatan biogas yang berupa slurry tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Dimana dalam kotoran sapi tersebut terdapat kandungan selullosa, walaupun kandungan selullosa hanya sedikit, kotoran sapi yang dicampur dengan air akan tetap menghasilkan gas metana yang cukup banyak sehingga bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Sedangkan pembuatan biomas dari sampah tumbuhan apabila diolah dengan zat pengikat polutan akan menjadi suatu bahan bakar padat buatan sebagai bahan bakar alternatif yang disebut briket. Dengan adanya briket dari sampah dan membun dan ranting dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah dan kayu bakar. Saat ini briket yang ada masih menggunakan bahan baku seperti jagung, sekam padi, dan sabut kelapa.Penangganan masalah sampah dengan tehnik di atas cenderung tidak ramah lingkungan dan kurang bernilai ekonomis. Pengelolaan dengan sistem open dumping sering menimbulkan masalah baru yaitu menghasilkan gas polutan seperti gas H2S dan NH3. Pengelolaan sampah menjadi kompos cenderung kurang bernilai ekonomis dan penangganan dengan cara di bakar akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan ganguan pernafasan bagi manusia. Sedangkan penangganan sampah dengan cara di buang ke sungai akaerikan dampak langsung berupa sumber penyakit bagi manusia seperti penyakit kulit dan penyakit menular sedang dampak tidak langsungnya adalah sebagai penyebab terjadinya banjir.
Melihat pada berbagai kelemahan tehnik diatas, maka diperlukan suatu tehnik pengelolaan baru yang lebih ramah lingkungan dan mampu menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi. Untuk tujuan ini, pengelolaan sampah pasar tradisional sebagai sumber energi alternatif patut diterapkan. Cara yang potensial adalah dengan menerapkan teknologi anaerobik untuk menghasilkan biogas.
Teknologi Anaerobik
Pada prinsipnya teknologi anaerobik adalah proses dekomposisi (penguraian) biomassa (residu/sampah) secara mikrobiologis dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen). Secara garis besar bahan baku yang diperlukan untuk teknologi anaerobik adalah berupa sampah pasar tradisional (berjenis sampah basah), mikroorganisme, dan air. Sedangkan perangkat yang diperlukan dalam teknologi anaerobik ini terdiri dari digester sebagai tempat berlangsungnya proses anaerobik, penampung biogas, dan perangkat pemanfaatan biogas yang dihasilkan, serta beberapa komponen pendukung seperti stop kran, pipa, dan perangkat pengaman. Hal ini dengan jelas mencerminkan bahwa teknologi anaerobik adalah teknologi yang murah, karena semua bahan baku tersebut dapat diperoleh dengan cara mudah dan dalam jumlah yang besar. Sedangkan untuk digester dan penampung gas dapat dibuat dari bahan-bahan bangunan seperti semen dan pasir, sehingga biaya pembuatannya relatif murah.Gas metana terkenal luas sebagai bahan bakar ramah lingkungan, karena dapat terbakar dengan sempurna sehingga tidak menghasilkan asap yang berpengaruh buruk terhadap kualitas udara. Karena sifatnya tersebut, gas metana merupakan gas bernilai ekonomis tinggi. Dari 5 ton bahan baku sampah pasar tradisional yang diolah melalui teknologi anaerobik akan menghasilkan 0,9 sampai dengan 1,8 meter kubik biogas per hari. Dengan jumlah biogas yang sedemikian maka akan cukup digunakan untuk memasak bagi 20 warung di sekitar pasar. Apabila jumlah bahan baku yang digunakan lebih banyak lagi, maka biogas tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan bahan bakar genset ataupun penggerak turbin pembangkit listrik tenaga uap.
Selain gas metana, produk bermutu lainnya dari teknologi anaerobik adalah pupuk organik yang siap pakai dengan kandungan unsur hara yang jauh lebih tinggi dibanding bahan baku awalnya. Hal ini dikarenakan telah terjadi pemekatan berbagai unsur hara dalam residu proses anaerobik karena lepasnya senyawa kimia karbon dan hidrogen dalam proses pembentukan gas metana. Disamping dua produk diatas, teknologi anaerobik juga mempunyai nilai tambah yaitu :
- Biogas diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan minyak yang jumlahnya terbatas dan harganya yang cukup mahal.
- Teknologi ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menciptakan kondisi pasar tradisional yang bersih, sehat, dan nyaman.
- Mengatasi kelangkaan pupuk.
0 komentar:
Posting Komentar